BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam
golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian
ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik karena sifat stabilnya. Unsur-unsur
yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar),
Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi.
Gas Mulia terdapat dalam atmosfer bumi, untuk Helium terdapat di luar
atmosfer. Helium dapat terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan
thorium. Semua unsur - unsur gas mulia terdiri dari atom -atom yang berdiri
sendiri. Unsur gas mulia yang terbanyak di alam semesta adalah Helium (banyak
terdapat di bintang) yang merupakan bahan bakar dari
matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan sekalipun
ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon bersifat radio
aktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga sebagi
gas jarang.
2. Rumusan Masalah
Masalah
yang kami bahas dalam makalah gas mulia ini adalah :
1)
Definisi gas mulia.
2)
Sejarah gas mulia
3)
Sifat-sifat gas mulia
4)
Pembuatan gas mulia.
5)
Senyawa pada gas mulia
6)
Kegunanan Gas mulia
3. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1)
Menjelaskan definisi gas mulia
2)
Menjelaskan sejaran penemuan unsure gas
mulia
3)
Menjelaskan sifat fisi dan sifat kimia
gas mulia
4)
Menjelaskan pembuatan dan senyawa pada
gas mulia
5)
Menjelaskan kegunaan gas mulia
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Gas Mulia
Gas
mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk
monoatomik karena sifat stabilnya, mempunyai sifat
lengai, tidak reaktif, dan susah bereaksi dengan bahan kimia lain. Gas mulia
juga merupakan golongan kimia yang unsur-unsurnya memiliki elektron valensi
luar penuh, sehingga menjadi golongan yang paling stabil dalam sistem periodik
unsur. Unsur-unsurnya adalah He (Helium), Ne (Neon), Ar
(Argon), Kr (Kripton), Xe (Xenon), dan Rn (Radon) yang
bersifat radioaktif. Konfigurasi elektron unsur-unsur Gas Mulia adalah ns2,
np6, kecuali He 1s2.
Gas Mulia yang sejati adalah unsur
monoatomik. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil, berfasa gas pada suhu
ruang dan bersifat inert (sukar bereaksi dengan unsur lain). Tidak ditemukan satupun senyawa alami dari gas mulia. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut disebabkan
konfigurasi elektronnya yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet
(duplet
untuk Helium). Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang
sangat besar, dan afinitas
elektronnya yang sangat rendah.
Berikut
ini adalah asal-usul mana unsur-unsur Gas Mulia yang diambil dari bahasa
Yunani, yaitu:
1. Helium à ήλιος (ílios or helios)
= Matahari
2. Neon à νέος (néos) = Baru
3. Argon à αργός (argós) = Malas
4. Kripton à κρυπτός (kryptós) =
Tersembunyi
5. Xenon à ξένος (xénos) = Asing
6. Radon (pengecualian) diambil dari
Radium
2.
Sejarah
Gas Mulia
Sejarah gas mulia awal dari penemuan Cavendish pada
tahun 1785. Cavendish menemukan sebagian kecil bagian udara (kurang dari 1/200
bagian) sama sekali tidak bereaksi walaupun sudah melibatkan gas-gas atmosfer.
Pada tahun
1894, seorang ahli kimia Inggris bernama Lord Raleigh dan Sir
William Ramsay mengidentifikasi
zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui
mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida dipisahkan. Ternyata dari
hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak reaktif (inert).
Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (dari bahasa Yunani argos
yang berarti malas). Empat tahun kemudian Ramsay menemukan unsur baru lagi,
yaitu dari hasil pemanasan mineral kleverit. Dari mineral tersebut
terpancar sinar alfa yang merupakan spektrum gas baru. Spektrum gas tersebut
serupa dengan garis-garis tertentu dalam spektrum matahari. Untuk itu, diberi
nama helium (dari bahasa
Yunani helios berarti matahari). Nama Helium sendiri
merupakan saran dari Lockyer dan Frankland. Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat
dikelompokkan ke dalam golongan unsur-unsur yang sudah oleh Mendeleyev karena
memiliki sifat berbeda. Kemudian Ramsey mengusulkan agar unsur tersebut
ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan
halogen dan golongan alkali. Untuk melengkapi unsur-unsur dalam golongan
tersebut, pada tahun 1898 Ramsey dan Travers terus melakukan penelitian dan
akhirnya menemukan lagi unsur-unsur lainnya, yaitu neon (ditemukan
dengan cara mencairkan udara dan melakukan pemisahan dari gas lain dengan
penyulingan bertingkat),
kripton, dan xenon (ditemukan
dalam residu yang tersisa setelah udara cair hampir menguap semua / hasil destilasi udara cair). Pada
tahun 1900 Radon ditemukan oleh Friedrich Ernst Dorn, yang menyebutnya
sebagai pancaran radium. William Ramsay dan Robert Whytlaw-Gray menyebutnya
sebagai niton serta menentukan kerapatannya sehingga mereka menemukan Radon
adalah zat yang paling berat di masanya (sampai sekarang). Nama Radon sendiri
baru dikenal pada tahun 1923. Radon amat sedikit jumlahnya di
atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur
lain, karena radon bersifat radioaktif. unsur
gas mulia terbanyak di alam
semesta adalah helium (pada
bintang-bintang) karena
Helium merupakan bahan bakar dari matahari.
Pada masa
itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsur-unsur yang tidak bereaksi
dengan unsur-unsur lain (inert) dan diberi nama golongan unsur gas mulia.
Di tahun
1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari bahasa
Jerman Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia yang
sangat rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal (Logam
Mulia), emas, yang dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.
Para ahli zaman dahulu yakin bahwa
unsur-unsur gas mulia benar-benar inert.
Pendapat ini dipatahkan, setelah pada tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil
membuat senyawa xenon, yaitu XePtF6. Sejak itu, berbagai senyawa gas
mulia berhasil dibuat. Dan akhirnya istilah untuk menyebut zat-zat telah
berganti. Yang awalnya disebut gas inert (lembam) telah berganti menjadi gas
mulia yang berarti stabil atau sukar bereaksi. Senyawa gas
mulia yang ditemukan pertama kali adalah XePtF6.
3.
Kelimpahan
di Alam
Semua unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali
radon yang merupakan unsur radioaktif. Unsur gas mulia yang paling banyak
terdapat di udara adalah argon yang merupakan komponen ketiga terbanyak dalam udara setelah
nitrogen dan oksigen. Unsur-unsur Gas Mulia, kecuali Radon,
melimpah jumlahnya karena terdapat dalam udara bebas. Argon terdapat di udara
bebas dengan kadar 0,93%, Neon 1,8×10-3%, Helium 5,2×10-4%,
Kripton 1,1×10-4%, dan Xenon 8,7×10-6%. Helium adalah
unsur terbanyak jumlahnya di alam semesta karena Helium adalah salah satu unsur
penyusun bintang. Helium diperoleh dari sumur-sumur gas alam di Texas
dan Kansas (Amerika Serikat). Helium dapat terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan thorium.
Udara mengandung gas Mulia (Ar, Ne, Xe, dan Kr) walaupun dalam jumlah yang
kecil, gas mulia di Industri di peroleh sebagai hasil samping dalam Industri
pembuatan gas nitrogen dan O2.
4.
Sifat-sifat
gas mulia
Sifat-Sifat
Umum :
Tidak
Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
Mempunyai
elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron valensinya 2
Molekul-molekulnya
terdiri atas satu atom (monoatom).
Gas mulia merupakan unsur gas pada suhu kamar dan mendidih
hanya beberapa derajat di atas titik cairnya. Jari-jari, titik leleh serta
titik didih gasnya bertambah seiring bertambahnya nomor atom. Sedangkan energi
pengionnya berkurang.
Berikut merupakan beberapa sifat
dari gas mulia.
Tabel 1. Sifat-sifat
Gas Mulia
Gas Mulia
|
Nomor Atom
|
Titik Leleh (˚C)
|
Titik Didih (˚C)
|
Energi Ionisasi (kJ/mol)
|
Jari-jari Atom (Angstrom)
|
He
|
2
|
-272,2
|
-268,9
|
2738
|
0,50
|
Ne
|
10
|
-248,7
|
-245,9
|
2088
|
0,65
|
Ar
|
18
|
-189,2
|
-185,7
|
1520
|
0,95
|
Kr
|
36
|
-156,6
|
-152,3
|
1356
|
1,10
|
Xe
|
54
|
-111,9
|
-107,1
|
1170
|
1,30
|
Rn
|
86
|
-71
|
-62
|
1040
|
1,45
|
Dari tabel
diatas dapat dilihat jari – jari atom yang kecil (dalam satu golongan, semakin keatas semakin kecil)
mempunyai energi ionisasi besar artinya elektronnya sangat sukar dilepaskan, elektron terluar relatif lebih
tertarik ke inti atom. Oleh sebab itu, atom-atom gas mulia sangat sukar untuk
bereaksi. Dari atas ke bawah jari – jari atom makin besar,
energi ionisasinya makin kecil atau makin mudah melepaskan elektron, sehingga
gas mulia dari atas ke bawah makin reaktif.
Kestabilan unsur-unsur golongan gas mulia dan semakin
besarnya harga energi ionisasi suatu atom menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion (terionisasi),
artinya sukar untuk melepas elektron agar
berubah jadi ion positif. Selain itu makin besar ukuran sebuah atom, makin
mudah melepas elektron kulit terluarnya, karena jaraknya makin jauh dari
intinya yang bermuatan positif.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari
atomnya, jadi kereaktifan gas mulia akan bertambah dari He ke Rn hal ini
disebabkan pertambahan jari-jari atom
yang mengakibatkan gaya tarik inti atom terhadap elektron kulit terluar
berkurang, sehingga lebih mudah
melepaskan diri dan ditarik oleh atom lain. Tetapi gas mulia adalah unsur yang
tidak reaktif karena memiliki konfigurasi elektron yang sudah stabil, hal ini
didukung kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom tunggal
atau monoatomik. Tetapi bukan berarti gas mulia tidak dapat bereaksi, hingga
sekarang gas mulia periode 3 ke atas (Ar, Kr, Xe, Rn) sudah dapat berreaksi
dengan unsur yang sangat elektronegatif seperti Flourin dan Oksigen. Sampai
saat ini, senyawa gas mulia yang
sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton,
sedangkan helium, neon, dan argon masih sangat stabil.
Titik didih dan titik leleh unsur-unsur gas mulia lebih
kecil dari pada suhu kamar (250C atau 298 K) sehinga seluruh unsur
gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan unsur-unsur gas mulia, maka di alam
berada dalam bentuk monoatomik.
Titik
leleh dan titik didih unsur – unsur gas mulia perbedaannya sangat sedikit
misalnya Neon meleleh pada suhu -2490C dan mendidih pada suhu -2460C karena
gaya tarik atom – atom gas mulia sangat kecil.
Adapula
hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi
elektronnya. Elektron
valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet untuk He dan kaidah Oktet untuk
Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Konfigurasi elektron gas mulia
(kecuali He) berakhir pada ns2 np6. Konfigurasi tersebut
merupakan konfigurasi elektron yang stabil, sebab semua elektron pada kulitnya
sudah berpasangan. Oleh sebab itu, tidak memungkinkan terbentuknya ikatan
kovalen dengan atom lain. Energi ionisasi yang tinggi menyebabkan gas mulia
sukar menjadi ion positif dan berarti sukar membentuk senyawa secara ionik.
Berikut
adalah konfigurasi elektron gas mulia
Tabel
2. Konfigurasi elektron gas mulia
Unsur
|
Nomor Atom
|
Konfigurasi Elektron
|
He
|
2
|
1s2
|
Ne
|
10
|
[He] 2s2 2p6
|
Ar
|
18
|
[Ne] 3s2 3p6
|
Kr
|
36
|
[Ar] 4s2 3d10
4p6
|
Xe
|
54
|
[Kr] 5s2 4d10
5p6
|
Rn
|
86
|
[Xe] 6s2 5d10
6p6
|
Karena
konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan untuk
penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh :
Br = 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
4p5
menjadi
Br = [Ar]
4s2 3d10 4p5
Dua
elektron dari He membuat subkulit s menjadi penuh dan unsur-unsur gas mulia
yang lain pada kulit terluarnya terdapat 8 elektron karena kulit terluarnya
telah penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi afinitas
elektronnya mendekati nol.
5.
Pembuatan
Gas Mulia
a.
Gas Helium
Helium (He) ditemukan
terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas helium mempunyai titik didih yang
sangat rendah, yaitu -268,8˚C sehingga pemisahan gas helium dari gas alam
dilakukan dengan cara pendinginan sampai gas alam akan mencair (sekitar -156˚C)
dan gas helium terpisah dari gas alam.
b. Gas
Argon, Neon, Kripton, dan Xenon
Udara mengandung gas
mulia argon (Ar), neon (Ne), krypton (Kr), dan xenon (Xe) walaupun dalam jumlah
yang kecil. Gas mulia di industri diperoleh sebagai hasil samping dalam
industri pembuatan gas nitrogen dan gas oksigen dengan proses destilasi udara
cair.
Pada proses destilasi
udara cair, udara kering (bebas uap air) didinginkan sehingga terbentuk udara
cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan banyak gas oksigen dan
sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4˚C) tidak jauh beda
dengan titik didih gas oksigen (-182,8˚C). Untuk menghilangkan gas oksigen
dilakukan proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian
dikeringkan untuk menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan
gas nitrogen, dilakukan cara destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan
kemurnian 99,999%. Gas neon yang mempunyai titik didih rendah (-245,9˚C) akan
terkumpul dalam kubah kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak
mencair).
Gas kripton (Tb = -153,2˚C)
dan xenon (Tb = -108˚C) mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari gas
oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di dasar kolom
destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-masing
gas akan terpisah.
Semua
unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali Radon(Rn) yang hanya terdapat
sebagai isotop radioaktif berumur pendek, yang diperoleh dari peluruhan radio
aktif atom radium.
Unsur radon (Rn) yang
merupakan unsur radioaktif Radium (Ra) dengan memancarkan sinar alfa (helium)
sesuai dengan persamaan reaksi:
88Ra226
→ 86Rn222 + 2He4
6.
Pembentukan Senyawa pada Gas Mulia
Gas Mulia
adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki kestabilan yang
tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom lain. Karena
sebenarnya tidak semua sub kuit pada gas mulia terisi penuh.
Contoh:
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Sebenarnya atom Ar masih memiliki 1
Sub kulit yang masih kosong yaitu sub kulit d jadi
Ar : [Ne] 3s2 3p6
3d0
jadi masih bisa diisi oleh atom-atom
lain.
Sampai
dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa unsur-unsur gas mulia tidak
bereaksi. Kemudian seorang ahli kimia kanada bernama Neil Bartlet berhasil
membuat persenyawaan yang stabil antara unsur gas mulia dan unsur lain, yaitu
XePtF6.
Keberhasilan
ini didasarkan pada reaksi:
PtF6
+ O2 → (O2)+ (PtF6)-
PtF6
ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi
1165 kJ/mol, harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur
gas mulia Xe = 1170 kJ/mol.
Atas
dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan Xe
dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai dengan
persamaan reaksi:
Xe
+ PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah
berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa gas
mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan
penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya
langsung dengan gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4,
dan XeF6.
Reaksi
gas mulia lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF2. Radon
dapat bereaksi langsung dengan F2 dan menghasilkan RnF2.
Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2 bersifat (tidak stabil).
Tabel
3. Beberapa senyawaan Xenon
Tingkat Oksidasi
|
Senyawaan
|
Bentuk
|
Titik Didih (˚C)
|
Struktur
|
Tanda-tanda
|
II
IV
|
XeF2
XeF4
|
Kristal tak berwarna
Kristal tak berwarna
|
129
117
|
Linear
Segi-4
|
Terhidrolisis menjadi Xe + O2;
sangat larut dalam HF
Stabil
|
VI
|
XeF6
Cs2XeF8
XeOF4
XeO3
|
Kristal tak berwarna
Padatan kuning
Cairan tak berwarna
Kristal tak berwarna
|
49,6
-46
|
Oktahedral terdistorsi
Archim. Antiprisma
Piramid segi-4
Piramidal
|
Stabil
Stabil pada 400˚
Stabil
Mudah meledak, higroskopik; stabil
dalam larutan
|
VIII
|
XeO4
XeO6 4-
|
Gas tak berwarna
Garam tak berwarna
|
|
Tetrahedral
Oktahedral
|
Mudah meledak
Anion- anion HXeO63-,
H2XeO62-, H3XeO6- ada
juga
|
Senyawa gas mulia He dan
Ne sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin karena tingkat kestabilannya yang
sangat besar. Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi. dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas
mulia sebagai berikut : Helium = 0,00052 %; Neon = 0,00182 %; Argon = 0,934 %;
Kripton = 0,00011 %; Xenon = 0,000008; Radon = Radioaktif*
Tabel
4. contoh Reaksi dan cara pereaksian pada gas mulia
Gas
Mulia
|
Reaksi
|
Nama
senyawa yang terbentuk
|
Cara
peraksian
|
Ar(Argon)
|
Ar(s) + HF → HArF
|
Argonhidroflourida
|
Senyawa
ini dihasilkan oleh fotolisis dan matriks Ar padat dan stabil pada suhu
rendah
|
Kr(Kripton)
|
Kr(s) + F2 (s)
→ KrF2 (s)
|
Kripton
flourida
|
Reaksi
ini dihasilkan dengan cara mendinginkan Kr dan F2pada suhu -196 0C
lalu diberi loncatan muatan listrik atau sinar X
|
Xe(Xenon)
|
Xe(g) + F2(g) → XeF2(s) Xe(g) + 2F2(g) → XeF4(s) Xe(g) + 3F2(g)→ XeF6(s) XeF6(s) + 3H2O(l) → XeO3(s) +6HF(aq)
6XeF4(s) + 12H2O(l)
→ 2XeO3(s) + 4Xe(g) + 3O(2)(g) + 24HF(aq)
|
Xenon
flourida
Xenon
oksida
|
XeF2
dan XeF4 dapat
diperoleh dari pemanasan Xe dan F2pada tekanan6 atm, jika umlah peraksi F2 lebih besar maka akan diperoleh XeF6
XeO4
dibuat dari reaksi disproporsionasi(reaksi dimana unsur pereaksi yang sama
sebagian teroksidasi dan sebagian lagi tereduksi) yang kompleks dari larutan
XeO3 yang bersifat alkain
|
Rn(Radon)
|
Rn(g) + F2(g)
→ RnF
|
Radon
flourida
|
Bereaksi
secara spontan.
|
Fluorida XeF2, XeF4, dan XeF6 diperoleh
dengan mereaksikan xenon dengan flouor dalam kuantitas yang makin bertambah.
Dalam senyawa-senyawa ini, xenon mempunyai bilangan oksidasi genap +2, +4, dan
+6, yang khas bagi kebanyakan senyawaan xenon. Fluorida-fluorida adalah lahan
permulaan untuk mensintesis senyawaan xenon lainnya.
Satu-satunya produk yang diperoleh bila krypton bereaksi dengan fluor
adalah difluoridanya, KrF2. Tak dikenal lain-lain keadaan oksidasi
selain +2. Dari kira-kira selusin senyawaan krypton yang dikenal, semuanya
merupakan garam kompleks yang diturunkan dari KrF2. Karena radon
bersifat radioaktif dan mempunyai waktu paruh empat hari, kekimiawiannya sukar
dipelajari. Namun, eksistensi radon fluorida, baik yang mudah menguap maupun
yang tak mudah menguap, telah didemonstrasikan.
7.
Kegunaan
Gas Mulia
1) Helium
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar, Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Ketika penyelam kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas nitrogen keluar dari darah dengan cepat. Terbentuknya gelembung gas dalam darah dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar, Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Ketika penyelam kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas nitrogen keluar dari darah dengan cepat. Terbentuknya gelembung gas dalam darah dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
2)
Neon
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
3) Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
4) Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
5) Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri) dan pembuatan tabung elektron.
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri) dan pembuatan tabung elektron.
6) Radon
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
BAB III
PENUTUP
Gas mulia adalah
unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang
sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik karena
sifat stabilnya. Disebut mulia karena unsur-unsur ini
sangat stabil, berfasa gas pada suhu ruang dan bersifat inert (sukar bereaksi
dengan unsur lain). Tidak ditemukan satupun
senyawa alami dari gas mulia.
Gas mulia adalah grup elemen kimia dengan sifat-sifat yang sama:
di kondisi standar, mereka semua tidak berbau, tidak berwarna, dan monoatomik
dengan reaktivitas yang sangat rendah. Mereka ditempatkan di grup 18 (8A) dari
tebel periodik (sebelumnya dikenal dengan grup 0), yaitu helium (He), neon
(Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon (Xe), dan radon yang bersifat radioaktif
(Rn).
Sifat-sifat gas mulia bisa dijelaskan dengan baik dengan
teori modern tentang struktur atom: valensi elektron kulit luar mereka dianggap
"penuh", memberi mereka sedikit sekali kesempatan untuk
berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan hanya beberapa ratus senyawa yang telah
disiapkan. Titik didih dan titik leleh gas mulia mempunyai nilai yang dekat,
berbeda kurang dari 10 °C (18 °F); yang mengakibatkan mereka berbentuk cairan
dalam jangkauan suhu yang pendek. Jari-jari atom unsur-unsur Gas Mulia dari
atas ke bawah semakin besar karena bertambahnya kulit yang terisi elektron. Energi
Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik inti atom terhadap
elektron terluar semakin lemah. Afinitas Elektron unsur-unsur Gas Mulia sangat
kecil sehingga hampir mendekati nol. Titik didih unsur-unsur Gas Mulia
berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Ida. 2009. Modul Perkuliahan Kimia Anorganik I. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI-Press
Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Http _gas-mulia.blogspot.com_.html
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/kimia-unsur-gas-mulia-yang-stabil.html
http://handoyodwiprakoso.blogspot.com/2009/02/tugas-kimia-bu-ninin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar