Sintesis Peptida
Peptida, pertama disintesis oleh Emil
Fischer, yang dalam 1902 juga mengemukakan gagasan bahwa protein adalah
poliamida.
Sintesis amida biasa dari klorida asam
dan amina berupa reaksi langsung
RCOCl + R’NH2 → RCONHR’
Namun, sintesis peptida atau protein
dengan jalur ini tidak langsung. Permasalahan utama adalah terdapatnya banyak
cara dalam mana asam amino itu bergabung.
Untuk mengindari reaksi yang diinginkan,
setiap gugus reaktif lain, termasuk gugus reaktif dalam rantai samping, haruslah
diblokade.
Kriteria untuk gugus blokade yang baik
adalah :
1. Harus
lamban (inert) terhadap kondisi reaksi yang diperlukan membentuk ikatan amida
yang diinginkan.
2. Harus
mudah dibuang setelah sintesis itu lengkap.
Satu gugus blokade
semacam itu adalah gugus karbonat lamban terhadap reaksi pembentukan amida,
tetapi mudah dibuang dalam tahap belakangan tanpa mengganggu bagian lain
molekul itu.
Glisena yang gugus
aminonya telah diblokade itu dapat direaksikan direaksikan denagan SOCl2 untuk
membentuk klorida asam dan kemudian diolah dengan suatu asam amino baru untuk
membentuk suatu amida. Namun klorida asam bersifat sangat reaktif dan dapat
terjadi reaksi-reaksi samping yang tak diinginkan. Untuk menghindari
permaslahan ini, glisina yang telah diblokadegugus aminonya biasanya diolah
dengan etil kloroformat untuk menghasilkan suatu ester teraktifkan.
O O O O
‖ ‖ ‖ ‖
NHCH2COH +
ClCOC2H5 → -NHCH2COCOC2H5
Seperti suatu klorida
asam, ester teraktifkan ini dapat beraksi dengan suatu gugus amino dari asam
amino untuk memberikan dipeptida yang diinginkan.
Sintesis Peptida Fase
Padat
Dalam tife sintesis
ini, resin menahan amino C ujung pada gugus karboksilnya sementara peptidanya
disintesis. Resin itu adalah suatu polistirena yang mengandung sekitar 1%
satuan p-(kloro metil) stirena.
Gugus amino dari asam
amino pertama yang mula-mula diblokade, sering sebagai suatu gugus
t-butilloksikarbonil (gugus “BOC”) asam amino yang aminonya diblokade ini
sebagai karboksilat, bereaksi dengan gugus klorida benzilik dari resin untuk membentuk
gugus ester (suatu reaksi substitusi yang khas antara suatu karboksilat dan
suatu halida benzilik).
Gugus pemblokade amino dibuang dengan
pengolahan dengan asam tak berair, seperti HCl dalam asam asetat : kemudian
ditambahkan asam amino kedua yang aminonya diblokade (dengan suatu gugus
karbonil tak teraktifkan).
Suatu teknik yang lazim
untuk mengaktifkan gugus –CO2H (sehingga mau bereaksi dengan amina)
adalah dengan adisi disikloheksilkarbodiamida ke asam karboksilat. Senyawa ini
bereaksi dengan asam karboksilat untuk menghasilkan suatu zat antara yang
memiliki suatu gugus pergi yang dapat di geser oleh amina itu dalam suatu reaksi
substitusi asil nukleofilik yang khas. Produknya ialah amida.
1. Reagensia
sanggar
Reagensia
sangger dikembangkan oleh Sir federik Sangger. Suatu reagensia yang berguna
untukl menetapkan residu N-Ujung adalah reagensia Sanggar.gugus fluoro dari
reagensia Sanggar itu dapat mengalami substitusi nukleofilik aromatik denagn
amina. Substitusi itu mudah karena zat antar karbanion distabilkan oleh gugusn
nitro.
Reagensia
sanggar bereaksi dengan mudah dengan asam amino N-ujung dari suatu peptida dan
mengubah gugus amino itu menjadi gugus arilamino. Setelah peptida yang ditangani
itu dihidrolisis lengkap, asam amino N-ujung tetap terikat pada gugus 2,4
dinitrofenil dan karena dapat dipisahkan dari asam amino lain dan
diidentifikasi. Kekurangan utama penggunaan reagensia sanggar adalah bahwa
suatu peptida tidak dapat didegradasi menjadi suatu asam amino tiap kali,
seperti dalam degradasi Edman.
2. Rentetan
dalam Asam-Asam Amino
Polopeptida
besar biasanya harus dihidrolisis menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil
untuk penetapan rentetan dalam asam amino. Campuran hidrolisis dipisah-pisahkan
dari urutan residu asam amino dalam tiap pecahan ditentukan. Struktur
pecahan-pecahan ini disusun seperti teka-teki jig saw untuk memperoleh struktur
keseluruhan.
Dalam
teori, hidrolisis parsial dapat dicapai dengan memanaskan polipeptida itu
dengan air dan asam atau basa. Dalam praktek digunakan enzim proteolitik
(Penghidrolisis peptida) atau reagensia kimiawi. Reagensia dan enzim ini
mempunyai kelebihan dalam hal mereka memaksakanpisahan polipeptida yang
spesifik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar