BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan IPTEK adalah sebuah fenomena dan fakta yang
jelas dan pasti terjadi sebagai sebuah proses yang berlangsung ecara
terus-menerus bagi kehidupan global yang juga yang tidak mengenal istilah
berhenti. Hal ini senada dengan diungkapkannya oleh Ibnu Khaldum dalam
mukaddimahnya “Tidak ada masyarakat yang tidak berubah” dengan demikian dalam
merespon perkembangan IPTEK, menghenrikan jalannya perubahan adalah pekerjaan
yang mustahil untuk dilakukan. Rekayasa Genetika akhir-akhir ini mengalami perkembangan
yang cukup drastis dan meminta perhatian yang cukup serius dikalangan manusia
pada umumnya.
Sebab
selain kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan dan sumber manfaat bagi kelangsungan hidup
manusia dan lingkungan, juga memunculkan persoalan-persoalan yang mendasar yang perlu dicermati lebih serius guna
mengawal perkembangan bioteknologi di masa mendatang.
Melalui rekayasa genetika dan produk-produk yang
dihasilkannya telah menantang gagasan tradisional mengenai hakekat kehidupan
dan memunculkan berbagai persoalan, pertanyaan-pertanyaan etis, dan tingkat
kekhawatiran manusia yang sangat mencemaskan terhadap seluruh perkembangan dan
hasil rekayasa genetika tersebut.
Jika dianalisa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang telah dicapai dewasa ini, seharusnya semakin memberi
kepuasan untuk hidup sehingga menghasilkan kehidupan yang lebih baik daripada
sebelumnya. Akan
tetapi, kenyataan taklah demikian, terkadang penemuan ini dijadikan ajang
pemanfaatan makhluk hidup. Banyak sekali penemuan genetika yang tidak masuk akal yang menyebabkan spesies baru yang tercipta
kehilangan nilai gunanya bagi kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud rekayasa genetika?
2.
Apa tujuan dilakukannya rakayasa
genetika?
3.
Bagaimana tahap pembuatan insulin?
4.
Apa penyebab berkembangnya rekayasa
genetika?
5.
Bagaimana
penggunaan rekayasa genetika pada tanaman (GENETICALLY MODIFIED
ORGANISME) ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa itu rekayasa genetika.
2.
Untuk memahami tujuan dilakukannya rekayasa genetika.
3.
Mengidentifikasi tahapa pembuatan insulin.
4.
Mengidentifikasi penyebab berkembangnya rekayasa
genetika.
5.
Mengidentifikasi penggunaan rekayasa genetika pada
tanaman (Genetically Medified Organisme).
D. Metode Penulisan
Penulisan Makalah ini dilakukan dengan metoda kajian
pustaka dan pengumpulan sumber-sumber dari berbagai media informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
RAKAYASA GENETIKA PADA TUMBUHAN
A.
Pengertian
Rekayasa Genetika
Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata
genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara
“Etimologi”kata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang
berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula
kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu
juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi
hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi
hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara
individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika
adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat
keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang
mungkin timbul didalamnya.
Genetika perlu dipelajari, agar kita
dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk hidup
yang berada dilingkungan kita. kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan
terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan
mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh
kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama saja
bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan
percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang
terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar.
Rekayasa genetika dalam arti paling luas adalah penerapan
genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan
hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian
pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Masyarakat
ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu
penerapan teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetic yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Rekayasa genetika merupakan
transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat
antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan produk.
Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Teknologi Rekayasa Genetika merupakan
inti dari bioteknologi didifinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat,
termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel;
atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam
pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah
memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang
diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja.
Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke
dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.
B.
Tujuan Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target
dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya
tahan lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau
virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan
(untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan
kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada
mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut
(misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan
kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak,
mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan
obat-obatan dan kosmetika.
C. Tahap
Pembuatan Insulin
1. Bakteri
yang masih mempunyai plasmid, plasmidnya dipotong dengan menggunakan enzim
Restriksi Endonuklease.
2. Kemudian
gen insulin dari sel pankreas juga dipotong dengan menggunakan enzim restriksi.
3. Lalu gen
insulin ini di sisipkan pada plasmid bakteri dengan menggunakan enzim ligase
sehingga disebut dengan ADN rekombinan.
4. Setelah
itu ADN rekombinan itu dimasukkan ke dalam tubuh bakteri baru.
5. Bakteri
dibiarkan berkembang biak dalam wadah fermentasi sehingga dihasilkan insulin.
D. Penyebab
Berkembangnya Rekayasa Genetika
1.
Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim
restriksi endonuklease.
2.
Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali
dengan penemuan operon laktosa pada prokariota.
3.
Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase.
4.
Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam
sel mikroorganisme.
E. PENGGUNAAN
REKAYASA GENETIKA PADA TANAMAN (GENETICALLY
MODIFIED ORGANISM)
1.
Tanaman Transgenik dan Jenisnya
Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang
berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk
hidup kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau
dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of
gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism
(penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel
makhluk hidup). Teknologi transgenik atau kloning juga dilakukan pada dunia
peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu domba
yang ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei,
menghasilkan ikan yang resisten terhadap pembusukan dan penyakit.
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer
dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik,
pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman.
Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen
tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman,
penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya menggunakan bakteri Agrobacterium
tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil,
lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang
dikehendaki.
Tujuan dari
pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah :
§ menghambat
pelunakan buah (pada tomat).
§ tahan
terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
§ meningkatkan nilai gizi tanaman, dan
§ meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup
pada lahan yang ektrem seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan
dengan kadar garam yang tinggi.
Melihat potensi manfaat yang
disumbangkan, pendekatan bioteknologi dipandang mampu menyelesaikan
problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang
seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju (Winarno dan Agustina,2007).
Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat dramatis
dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism)
di seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari
sekitar 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001.
Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya petani
yang menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Sebagian besar tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju. Amerika
Serikat sampai sekarang merupakan negara produsen terbesar di dunia. Pada tahun
2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta ha tanaman transgenik ditanam di Amerika
Serikat.
Sampai saat ini, kedelai merupakan produk GMO terbesar yaitu 33,3 juta ha
atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan herbisida banyak ditanam
di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung merupakan
tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha sedangkan luas
tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha . Sifat yang terdapat
dari tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap herbisida, pestisida,
hama serangga dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai gizi seperti yang
terlihat di tabel di bawah ini.
No
|
Tujuan
Rekayasa Genetika
|
Contoh
Tanaman
|
1
|
Menghambat
pematangan dan pelunakan buah
|
Tomat
|
2
|
Tahan terhadap
serangan insektisida
|
Tomat,
kentang, jagung
|
3
|
Tahan terhadap
serangan ulat
|
Kapas
|
4
|
Tahan terhadap
insekta dan virus
|
Kentang
|
5
|
Tahan terhadap
virus
|
Squash, Pepaya
|
6
|
Tahan terhadap
insekta dan herbisida
|
Jagung, Padi,
Kapas dan Canola
|
7
|
Toleran
terhadap herbisida
|
Kedelai,
Canola, Kapas, Jagung,
|
8
|
Perbaikan
komposisi nilai gizi
|
Canola (high
laurate oil), Kedelai (high oleid acid oil), Padi (high beta-carotene)
|
2. Keunggulan Tanaman Transgenik
a.
Tanaman
Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah
kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan
menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap
kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose.
Tembakau adalah salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana
kekeringan.
b.
Tanaman
Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu
terjadi sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat
toksin mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora,
maka di dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan
mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan
larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan
tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus
thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh
insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985
dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin
(Winarno dan Agustina ,2007).
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama
yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan
gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella
parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin. Pada jagung
juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga
tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen
Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat
direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan
tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya
sinar ultraviolet.
c.
Tanaman
Transgenik Resisten Penyakit
Perkembangan yang signifikan
juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari
serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat
protein) Johnson grass mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu
tanaman, diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh
virus yang bersangkutan.
Potongan DNA dari JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear
inclusion body (Nib) mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan
diharapkan akan menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus.
Virus JGMV menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada
daun berupa mosaik, nekrosa atau
kombinasi keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi
sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.
3.
Contoh Tanaman yang Telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
a.
Kedelai
Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organisme terbesar yaitu sekitar 33,3
juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan
rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,
tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini
secara global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai
toleran herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi.
b.
Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi
jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui teknologi rDNA, yaitu dengan
memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk
menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer
sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis
yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn
borer tersebut.
Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan
produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung
225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan harga jagung akan
merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri pakan maupun konsumsi
langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan produksi jagung Indonesia juga
menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar. Pada tahun 2006,
impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak langsung, penggunaan tanaman
transgenik juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c.
Kapas
Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika
Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah
penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry
(gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari
bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan
buah.
Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah
menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida
secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama
pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan
serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen
areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun
ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga
dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah
Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas transgenik.
d.
Tomat
Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi
belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang.
Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan
penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena
memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan oleh
enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens
yang memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat
sintesa enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan
mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat
pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang
tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan
genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan
kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.
e.
Kentang
Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika menyetujui untuk mengomersialkan kentang
hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang
dengan sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetic yang memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado
potato beetle.
Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan
pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap
serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang
lebih baik bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado
merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di
Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak
ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus
thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang
Bt. Sehingga diharapkan melalui
kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan,
sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik
rekayasa genetika adalah sebagai berikut :
·
Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan
terhadap kondisi pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang
berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat yang
tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu dingin dan beku.
·
Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan
yang dapat mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri.
Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi bebas gulamnya
hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang digunakan secara normal.
·
Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang
dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat
pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih
panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya
menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng (deep
fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar
lemak yang lebih rendah.
·
Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya
kadar protein atau lemak dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi.
Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara
miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan
vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan
dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan senyata-senyawa tersebut
dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang memiliki kandungan
betakaroten dan besi sehingga mampu menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan mencegah
kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak
terlepas dari pro kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut. Berikut ini
hanya disebutkan berbagai pandangan yang setuju terhadap tanaman transgenik
karena mengacu pada judul yang disajikan.
Manfaat rekayasa
genetika :
a. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang
lebih tinggi dibanding degan tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi
yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas
tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan menghemat devisa
akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.
b.
Teknik
rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat
tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki
kualitas lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena
sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat.
c.
Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran
lingkungan, misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida
sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan.
F.
Dampak-Dampak Rekayasa Genetika
1.
Gangguan terhadap lingkungan
Pola
tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai
gulma, dengan adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan
akan bermunculan gulma baru yang lebih resisten. Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik
dalam tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang
bersifat toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah. Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh
larva kupu-kupu, akan memberikan kekhawatiran punahnya kupu-kupu di Sulawesi
Selatan. Seperti diketahui Sulawesi Selatan termasyhur dengan kupu-kupunya.
2. Gangguan terhadap kesehatan
Satu-satunya gangguan kesehatan akibat
penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi alergis yang sudah dapat
dibuktikan
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Rekayasa genetika adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia.
Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman
melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat
pula dimasukkan. Walaupun
demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih
sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi
molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang
diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Berbagai contoh
tanaman yang telah mengalami rekayasa genetika adalah kedelai, jagung, kapas,
tomat dan kentang. Di mana tersebut memiliki kelebihan tersendiri bila
dibandingkan dengan tanaman sejenis seperti tahan terhadap hama dan penyakit
dan memiliki komposisi gizi yang lebih baik. Walaupun masih menjadi kontroversi
diantara berbagai kalangan, khususnya pemerintah Indonesia setidaknya memiliki
satu solusi yang pasti untuk menghadapi krisis pangan yang menjadi ancaman saat
ini yaitu penggunaan rekayasa genetika.
Setelah melakukan pengkajian penulis dapat menyimpulkan :
1.
Rekayasa genetika adalah suatu kemajuan dibidang IPTEK yang
sangat bermanfaat untuk meningkatkan tingkat fungsional dari suatu makhluk
hidup atau organisme.
2.
Rekayasa genetika sangat baik digunakan asalkan masih dalam
batas kewajaran manusia yang masih bias dimengerti dengan akal pikiran manusia.
3.
Rekayasa genetika dapat digunakan untuk memperbaiki
kerusakan dan merupakan alat untuk melakukan pembaharuan yang sangat efisien
jika digunakan dengan tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous.2006.www.biotek.lipi.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
&id=27:Tanaman%20Transgenik&catid=8&Itemid=53
Anonymous.2008.http://bioteknews.blogspot.com/2008/01/apa-benar-kedelai-transgenik-berbahaya.html
Anonymous.2008.
http://www.hupelita.com/baca.php?id=57657
Anonymous.2008.http://moanbb.blogspot.com/2008/03/kapas-n-siapa-takut.html
Buckle et
all .2007. Ilmu Pangan. UI Press : Jakarta
Winarno,FG
.Agustina,W.2007. Pengantar Bioteknologi (Revised Edition). MBrio
Press :Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika_molekular
http://www.shantybio.transdigit.com/?Biologi Genetika:Rekayasa_Genetika_Tanaman
http://anekailmu.blogspot.com/2007/08/tnt-trinitrotoluene-dan-tanaman.html
http://www.eurekaindonesia.org/rekayasa-genetika/
http://agrifm.blogspot.com/2007/12/mikroba-penyelamat-alami-global-warming.html
http://www.shantybio.transdigit.com/?Biologi Genetika:Rekayasa_Genetika_Tanaman
http://anekailmu.blogspot.com/2007/08/tnt-trinitrotoluene-dan-tanaman.html
http://www.eurekaindonesia.org/rekayasa-genetika/
http://agrifm.blogspot.com/2007/12/mikroba-penyelamat-alami-global-warming.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar